Insiden Mematikan di Tepi Barat: Remaja Palestina Tewas Ditembak Tentara Israel, Video Ungkap Fakta Baru
Qabatiya, Tepi Barat – Sebuah insiden tragis kembali mengguncang Tepi Barat yang diduduki ketika seorang remaja Palestina berusia 16 tahun tewas ditembak oleh tentara Israel pada hari Sabtu di kota Qabatiya. Pihak militer Israel menyatakan bahwa korban, yang diidentifikasi sebagai Rayan Muhammad Abdul Qader Abu Mualla, diduga melempar balok ke arah tentara saat operasi berlangsung. Namun, rekaman video yang kemudian beredar dan ditinjau oleh pihak independen memberikan gambaran yang berbeda, memunculkan pertanyaan serius mengenai narasi resmi yang disampaikan.
Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifikasi korban sebagai Rayan Muhammad Abdul Qader Abu Mualla, seorang remaja berusia 16 tahun. Menurut Otoritas Umum Urusan Sipil Palestina (PGACA), jenazah korban hingga kini masih ditahan oleh pihak Israel setelah insiden yang terjadi di lingkungan Al-Sab’aneh, Qabatiya.
Analisis Video: Jarak Dekat dan Tanpa Ancaman Nyata?
Sebuah video kamera keamanan berdurasi 26 detik yang beredar luas di media sosial dan telah dilokalisasi oleh sejumlah pihak ke lokasi kejadian di Al-Sab’aneh, menunjukkan momen krusial penembakan tersebut. Dalam rekaman tersebut, terlihat seorang pemuda berjalan menyusuri gang menuju dua orang tentara yang mengenakan helm dan berlindung sebagian di balik sudut. Ketika pemuda itu hampir mencapai sudut, salah satu tentara terlihat mengangkat senapannya dan melepaskan tembakan dari jarak yang sangat dekat. Akibat tembakan tersebut, pemuda itu jatuh tersungkur ke belakang.
Pihak Pasukan Pertahanan Israel (IDF) awalnya merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa tentara mereka diserang oleh seorang ‘teroris’. Namun, analisis lebih mendalam terhadap video tersebut, khususnya 18 detik sebelum penembakan, tidak menunjukkan adanya bukti pelemparan balok dari arah gang tempat remaja Palestina itu berasal. Meskipun tangan kiri korban terlihat tertutup, tidak ada kejelasan apakah ia benar-benar menunjukkan ancaman yang mengarah pada tindakan penembakan mematikan tersebut.
Masih belum diketahui siapa perekam video tersebut, siapa yang pertama kali merilisnya, atau apa yang terjadi sebelum momen yang terekam dalam video itu dimulai.
Foto Kontroversial dan Hambatan Akses Darurat
Situs berita Israel, Ynet, pada hari Sabtu menerbitkan sebuah foto yang diklaim sebagai tangan kiri Abu Mualla yang sedang mencengkeram sepotong beton, yang diambil setelah kematiannya. Namun, pihak independen belum dapat memverifikasi apakah foto tersebut benar-benar milik korban yang sama dalam rekaman keamanan.
Kondisi di lapangan juga dilaporkan penuh tantangan. Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan bahwa pasukan Israel menghalangi petugas darurat mereka untuk mencapai lokasi penembakan. Serangkaian video lain yang telah dilacak lokasinya menunjukkan sebuah ambulans dengan lampu darurat menyala, terparkir sekitar 650 kaki (sekitar 200 meter) dari lokasi kejadian, mengindikasikan adanya kesulitan dalam memberikan pertolongan medis segera.
Ketika dimintai komentar mengenai video tersebut dan tuduhan penghalangan petugas darurat, IDF memberikan pernyataan singkat, “Kemarin (Sabtu), seorang warga Palestina yang diduga melempar batu ke arah tentara IDF ditembak. Insiden tersebut sedang ditinjau.” Pernyataan ini masih menggunakan kata “diduga” dan tidak secara langsung mengkonfirmasi atau menyangkal detail yang terungkap dari video.
Dampak Emosional dan Insiden Terpisah
Kematian Abu Mualla meninggalkan duka mendalam di komunitasnya. Sekolah tempat korban mengenyam pendidikan mengumumkan penutupan pada hari Ahad untuk mengenangnya dan memajukan jadwal ujian satu minggu.
Insiden di Qabatiya bukanlah satu-satunya peristiwa kekerasan yang terjadi pada hari Sabtu. Dalam kejadian terpisah, Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa IDF menembak dan membunuh seorang pria Palestina berusia 22 tahun bernama Ahmed Saed Ziyoud di Silat al-Harathiya, sebuah kota di utara Jenin, Tepi Barat.
IDF menyatakan di Telegram bahwa mereka menembak individu tersebut karena “melempar bahan peledak” ke arah tentara. Namun, sayap militer Gerakan Jihad Islam di Palestina mengidentifikasi pria tersebut sebagai pejuang di Brigade Al-Quds, yang tewas akibat peluru penembak jitu Israel selama penyerbuan kota oleh IDF.
Kedua insiden ini kembali menyoroti situasi keamanan yang tegang di Tepi Barat dan memicu kembali seruan internasional untuk penyelidikan yang adil dan akuntabilitas atas jatuhnya korban jiwa.














