No Result
View All Result
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclamer
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Login
batampena.com
  • Home
  • Daerah
    • Batam
    • Kepulauan Riau
      • Tanjungpinang
      • Bintan
      • Karimun
      • Natuna
      • Lingga
  • Nasional
    • pendidikan-dan-pembelajaran
    • Serba-serbi
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Energi & BBM
    • Investasi
    • Keuangan
  • Hukum & Kriminal
    • Hukum
    • kejahatan
  • politik
    • Partai Politik
    • Pemilu
  • Internasional
    • Asia
    • Eropa
    • Amerika
    • Global
  • Olahraga
    • Sepak Bola
    • MotorGP
    • Lainnya
  • Opini
    • Kolom
    • Surat Pembaca
    • Editorial
  • Liputan Khusus
    • Investigasi
    • Human Interest
    • Laporan Mendalam
    • Feature
batampena.com
  • Home
  • Daerah
    • Batam
    • Kepulauan Riau
      • Tanjungpinang
      • Bintan
      • Karimun
      • Natuna
      • Lingga
  • Nasional
    • pendidikan-dan-pembelajaran
    • Serba-serbi
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Energi & BBM
    • Investasi
    • Keuangan
  • Hukum & Kriminal
    • Hukum
    • kejahatan
  • politik
    • Partai Politik
    • Pemilu
  • Internasional
    • Asia
    • Eropa
    • Amerika
    • Global
  • Olahraga
    • Sepak Bola
    • MotorGP
    • Lainnya
  • Opini
    • Kolom
    • Surat Pembaca
    • Editorial
  • Liputan Khusus
    • Investigasi
    • Human Interest
    • Laporan Mendalam
    • Feature
batampena.com
No Result
View All Result
Home Nasional

Tsunami Aceh 2004: Keputusan Kilat SBY Jadi Bencana Nasional

Arman M by Arman M
20 Desember 2025 - 23:31
in Nasional
0

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menetapkan Tsunami Aceh 2004 sebagai Bencana Nasional hanya sehari setelah peristiwa tragis tersebut, tepatnya pada 27 Desember 2004.

Banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025 mengingatkan kembali pada tragedi tsunami Aceh yang terjadi pada tahun 2004. Perbedaan mendasar terletak pada respons cepat pemerintah saat itu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera menetapkan bencana tsunami Aceh sebagai Bencana Nasional.

Sebuah video yang beredar baru-baru ini mengungkap alasan di balik keputusan tersebut. Dalam rekaman tersebut, SBY menceritakan kronologi penetapan status bencana nasional itu.

“Malam hari itu (26 Desember 2004) saya masih sempat berkomunikasi dengan Wakil Presiden, Bapak Jusuf Kalla. ‘Pak Jusuf, bapak datang duluan ke Banda Aceh, saya masih di Jayapura. Saya hitung-hitung butuh waktu 6, 7, sampai 8 jam – untuk sampai Aceh. Saya akan langsung ke Lhokseumawe yang bagian utara dan timur, Pak JK langsung ke sana.’ Kami bagi tugas seperti itu. Malam harinya (27 Desember) di Lhokseumawe, yang tidak terlalu besar sebetulnya dampaknya bagi masyarakat, tapi saya sudah bisa membayangkan bagaimana Aceh, bagaimana Melaboh, bagaimana Tapaktuan, dan sebagainya,” ujar SBY dalam video tersebut.

“So malam hari itu di hadapan Pangdam (Bukit Barisan) kemudian Gubernur dan pejabat yang lain, saya katakan, ini serius dan saya tetapkan sebagai Bencana Nasional. Saya harus menjalankan manajemen krisis yang saya pimpin sendiri. 28 Desember saya betul betul sudah sampai di Banda Aceh, saya melakukan tur, saya sangat terkejut melihat semuanya. Ibu Ani (Yudhoyono) menangis sepanjang perjalanan karena melihat jenazah yang berada di mana-mana, bergelimpangan, ribuan. (Banda Aceh) lumpuh total, rata dengan tanah,” lanjutnya.

“Namanya Banda Aceh itu tidak ada infrastruktur, pemerintah daerah juga benar-benar tidak berfungsi. Itulah situasi yang mengejutkan bagi saya dan saya kira juga bagi semua… di situ kami melakukan rapat darurat pertama kemudian keputusan yang saya ambil, saya mengeluarkan keputusan dan direktif yang pertama sebagai Presiden di Aceh dalam suasana yang tidak menentu waktu itu,” jelas SBY.

Keputusan pertama yang diambil SBY adalah mengutamakan penyelamatan nyawa.

Prioritas Penyelamatan dan Penanganan Darurat

Keputusan pertama dan arahan utama Presiden SBY adalah sebagai berikut:

  • Menyelamatkan Lebih Banyak Nyawa: Fokus utama adalah operasi pencarian dan penyelamatan (search and rescue) yang harus dilakukan tanpa henti.
  • Penanganan Medis Cepat: Memberikan perawatan medis segera bagi korban yang masih bisa diselamatkan.
  • Memastikan Kebutuhan Dasar Pengungsi: Memastikan ketersediaan makanan dan minuman bagi para pengungsi yang tersebar di berbagai lokasi. Operasi logistik menjadi sangat krusial meskipun kondisi belum sepenuhnya kondusif.
Baca Juga  Peternakan Ayam Petelur: PNM Dukung Ketahanan Pangan Nasional

“Itulah hal pertama yang harus dilakukan. Kemudian yang kedua, memobilisasi sumber daya. Aceh lumpuh. Oleh karena itu, Gubernur Sumatera Utara almarhum Tengku Rizal Nurdin bersama saya memobilisasi dukungan dari Sumatera Utara. Kita gunakan alat komunikasi TNI, dari intel, dari polisi… itulah yang bisa kita lakukan untuk memastikan masih ada komunikasi dan langkah-langkah pengambilan keputusan yang cepat,” pungkas SBY.

Respons Cepat Wakil Presiden Jusuf Kalla

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) juga memiliki cerita tersendiri terkait respons awal bencana tsunami Aceh. Setelah menerima kabar mengenai bencana tersebut, JK segera memerintahkan Menteri Komunikasi dan Informasi saat itu, Sofyan Djalil, untuk segera berangkat ke Aceh.

“Pakai pesawat saya,” ujar JK saat itu.

Setibanya di Aceh, Sofyan Djalil, dalam keadaan menangis, melaporkan situasi kepada JK. Ia memperkirakan jumlah korban jiwa mencapai 50 ribu orang. Mendengar laporan tersebut, Wakil Presiden segera mengumpulkan beberapa menteri dan meminta agar obat-obatan segera dikirim ke Aceh, serta menyiapkan dana untuk kebutuhan pangan warga Aceh.

Ketika ada pejabat Kementerian Kesehatan yang menyatakan bahwa hari sudah malam dan gudang penyimpanan obat telah terkunci, serta mereka tidak mengetahui siapa pemegang kuncinya, JK menunjukkan kemarahannya.

“Sekarang berikan alamat gudang-gudang penyimpanan itu, tidak usah mencari yang pegang gembok. Ambil pistol dan tembak gembok itu. Keluarkan uang malam ini dan bawa besok pagi-pagi ke Medan di sana saudara beli mie dan langsung bawa ke Aceh. Saya adalah Wapres dan saudara adalah pegawai negeri. Saudara jalankan perintah ini, saya yang bertanggung jawab atas segala persoalan yang akan datang. Kalau saudara menolak, letakkan jabatan saudara sekarang juga,” tegas JK.

Selanjutnya, Jusuf Kalla sendiri terbang ke Aceh pada Senin, 27 Desember 2004, pagi.

Baca Juga  Berita Nasional Terkini dan Analisis Mendalam

Solidaritas Global dalam Menghadapi Bencana

Tsunami Aceh 2004 bukan hanya menjadi cerita tentang bencana yang sangat dahsyat, tetapi juga menjadi kisah tentang kemanusiaan, persaudaraan, dan solidaritas global. Dalam kurun waktu 72 jam setelah bencana, lebih dari 50 negara telah mengumumkan komitmen bantuan untuk Aceh. Jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 100 negara dalam dua minggu.

Global Humanitarian Assistance dalam laporannya pada tahun 2006 mencatat bahwa bencana ini memicu total komitmen bantuan internasional hingga 14 miliar dolar AS, menjadikannya salah satu respons kemanusiaan terbesar dalam sejarah.

Berbagai negara dan lembaga internasional memberikan bantuan signifikan:

  • Amerika Serikat: Mengirimkan kapal induk USS Abraham Lincoln untuk membantu evakuasi medis dan distribusi logistik udara.
  • Australia: Mengerahkan lebih dari 1.000 personel militer dan bantuan senilai satu miliar dolar AS.
  • Negara Lain: Jepang, Jerman, Kanada, Uni Eropa, dan banyak negara lainnya turut serta memberikan bantuan.
  • Negara Timur Tengah: Mengirimkan Tim SAR, logistik, helikopter, kapal, hingga tenaga medis.
  • Lembaga Global: UNICEF, UN-OCHA, WHO, WFP, UNHCR, dan ratusan NGO internasional memainkan peran penting dalam mengubah situasi.

Dalam laporan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) tahun 2009, tercatat bahwa Aceh menerima lebih dari 470 organisasi asing yang terlibat langsung dalam operasi kemanusiaan dan rekonstruksi. Skala bantuan ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Indonesia.

Operasi darurat ini mencakup berbagai langkah besar yang digerakkan secara simultan. Sebuah jembatan udara kemanusiaan internasional dibuka, menjadikan Bandara Sultan Iskandar Muda sebagai bandara tersibuk di Asia dalam kurun waktu dua bulan.

World Food Programme (WFP) mulai mendistribusikan makanan kepada lebih dari 500.000 penyintas pada hari ke-10 bencana, memastikan kebutuhan dasar terpenuhi di tengah kekacauan. Upaya pembangunan hunian darurat juga dilakukan secara masif, dengan lebih dari 100.000 unit rumah sementara dibangun dalam tahun pertama pascabencana.

Pelayanan kesehatan juga dilakukan secara masif, termasuk program vaksinasi dan pencegahan luka terbuka yang sering dialami oleh warga terdampak bencana.

Mengenal Tsunami Aceh 2004

Tsunami Aceh 2004 merupakan salah satu bencana alam terburuk dan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Bencana ini menelan korban jiwa hingga ratusan ribu orang. Peristiwa ini terjadi setelah Aceh diguncang gempa berkekuatan 9,2 Skala Richter (SR) pada Minggu pagi, 26 Desember 2004. Tak disangka, setelah gempa tersebut, gelombang laut besar setinggi 30 meter menerjang pesisir pantai.

Baca Juga  RUU Perampasan Aset, Mahfud MD: Sekarang Sudah di Meja Presiden

Tsunami Aceh terjadi pada hari Minggu, 26 Desember 2004. Sekitar pukul 07.50 WIB, kawasan Aceh bagian barat dan sekitarnya merasakan guncangan gempa sebesar 9,1 hingga 9,3 SR yang berpusat di 20-25 kilometer barat daya Sumatera. Tak lama kemudian, warga di pesisir pantai melihat air laut surut drastis hingga garis pantai mundur ratusan meter.

Beberapa menit kemudian, gelombang besar setinggi kurang lebih 30 meter tiba-tiba muncul dan menyapu pantai barat Sumatera serta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Diperkirakan gelombang tsunami ini bergerak dengan kecepatan mencapai 800 km per jam.

Hanya dalam waktu tujuh menit, kota-kota di pesisir barat Aceh dipenuhi puing-puing bangunan dan jasad korban dalam kondisi tragis. Diperkirakan sekitar 132.000 jiwa meninggal dunia dan 37.000 orang dinyatakan hilang.

Pada 27 Desember 2004, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa tsunami Aceh merupakan bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Sementara itu, pada 31 Desember 2004, Indonesia dinyatakan sebagai negara yang terdampak tsunami paling parah.

Guncangan gempa di Aceh begitu dahsyat hingga menimbulkan tsunami di beberapa negara lain, seperti Sri Lanka, Thailand, dan India.

Diperkirakan tsunami besar yang menghantam kota Aceh disebabkan oleh gempa besar yang terjadi di perairan barat Aceh, Nicobar, dan Andaman. Gempa ini terjadi akibat interaksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Guncangan gempa saat itu sebesar 9,1 hingga 9,3 SR yang berpusat di dasar laut pada kedalaman 10 meter, tergolong gempa dangkal. Menurut para ahli, gempa yang terjadi saat itu dapat menimbulkan tsunami karena adanya pergeseran batuan secara tiba-tiba. Pergeseran batuan di bawah pulau dan dasar laut inilah yang memicu terjadinya gempa yang disertai lentingan, mengakibatkan permukaan air laut menurun ke arah palung dan menimbulkan gelombang laut besar yang dikenal sebagai tsunami.

Sepanjang tahun 2005-2009, proses rekonstruksi dan rehabilitasi dilakukan untuk memulihkan kondisi Kota Aceh. Pada masa tersebut, banyak rumah bantuan didirikan, bersama dengan berbagai infrastruktur dan fasilitas umum.

Editor: Riko A Saputra

Arman M

Arman M

Baca Juga

Nasional

Arus Natal 2025 Cipali: Lebih Padat dari Sebelumnya

30 Desember 2025 - 19:06
Nasional

Solo 2025: Rp 1,1 T Dana Transfer, DAU Paling Besar

30 Desember 2025 - 17:46
Nasional

Warga Bintuni Tiba di Papua Barat, Dinsos Sambut Hangat

30 Desember 2025 - 11:59
Kesehatan

Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan Anda Sehari-hari

27 Desember 2025 - 14:39
Kesehatan

Gaya Hidup Sehat dan Bahagia: Panduan Lengkap untuk Anda

27 Desember 2025 - 11:59
Nasional

Berita Nasional Terkini dan Terlengkap

27 Desember 2025 - 10:39
  • Trending
  • Comments
  • Latest

FIFA Batal, Malaysia Terancam Sanksi AFC

24 Desember 2025 - 04:09

Jadwal Libur Nasional 2026: 1 & 2 Januari Merah & Cuti?

26 Desember 2025 - 11:51

Husein Sastranegara Buka Lagi: Semarang-Bandung Terhubung Langsung

26 Desember 2025 - 03:35

Tabel KUR BRI 2025: Cicilan Rp 1 Jutaan untuk Pinjaman 100 Juta

20 Desember 2025 - 17:58

Daftar Lengkap Ore The Forge Roblox: Statistik Iron hingga Darkryte Desember 2025!

17 Desember 2025 - 21:47

Andre Taulany Liburan Bareng Keluarga: Momen Seru & Tukar Kado!

30 Desember 2025 - 23:59

Malaysia Kritik Usulan Indonesia untuk SEA Games Plus

30 Desember 2025 - 23:46

Helikopter Prabowo: Teddy Ungkap Pinjaman ke Mualem Saat Bencana Aceh

30 Desember 2025 - 23:33

Mahasiswi UMM Tewas: Polda Jatim Bantah Perselingkuhan

30 Desember 2025 - 23:19

Romo Mudji Sutrisno Wafat di Usia 71: Sakit dan Perawatan di RS Carolus

30 Desember 2025 - 23:06

Pilihan Redaksi

Andre Taulany Liburan Bareng Keluarga: Momen Seru & Tukar Kado!

30 Desember 2025 - 23:59

Malaysia Kritik Usulan Indonesia untuk SEA Games Plus

30 Desember 2025 - 23:46

Helikopter Prabowo: Teddy Ungkap Pinjaman ke Mualem Saat Bencana Aceh

30 Desember 2025 - 23:33

Mahasiswi UMM Tewas: Polda Jatim Bantah Perselingkuhan

30 Desember 2025 - 23:19
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclamer
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2025 batampena.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Daerah
    • Batam
    • Kepulauan Riau
      • Tanjungpinang
      • Bintan
      • Karimun
      • Natuna
      • Lingga
  • Nasional
    • pendidikan-dan-pembelajaran
    • Serba-serbi
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Energi & BBM
    • Investasi
    • Keuangan
  • Hukum & Kriminal
    • Hukum
    • kejahatan
  • politik
    • Partai Politik
    • Pemilu
  • Internasional
    • Asia
    • Eropa
    • Amerika
    • Global
  • Olahraga
    • Sepak Bola
    • MotorGP
    • Lainnya
  • Opini
    • Kolom
    • Surat Pembaca
    • Editorial
  • Liputan Khusus
    • Investigasi
    • Human Interest
    • Laporan Mendalam
    • Feature

Copyright © 2025 batampena.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In