Dampak Banjir Bandang Aceh Tenggara: Ancaman Penyakit Mengintai Pengungsi
Memasuki minggu ketiga pasca banjir bandang yang menerjang Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, dampak bencana masih terasa kuat. Jalan nasional di wilayah yang terdampak bencana masih diselimuti material lumpur dan debu tebal. Endapan sisa luapan Sungai Alas ini tidak hanya mengganggu aktivitas transportasi, tetapi juga menjadi sumber ancaman kesehatan serius bagi para pengungsi dan masyarakat setempat.
Kondisi lingkungan yang belum pulih sepenuhnya ini diduga kuat menjadi pemicu maraknya berbagai penyakit di kalangan mereka yang terdampak. Laporan dari lapangan menunjukkan peningkatan signifikan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, penyakit kulit seperti gatal-gatal, serta gangguan asam lambung. Debu dan partikel halus yang beterbangan akibat material kering pasca banjir sangat mudah terhirup, memperburuk kondisi pernapasan, sementara sanitasi yang terganggu turut menyumbang penyebaran penyakit pencernaan dan kulit.
Tingginya Angka Kunjungan Pasien di Posko Kesehatan
Menyikapi situasi kesehatan yang mengkhawatirkan ini, petugas kesehatan bekerja tanpa lelah memberikan pelayanan. Kepala Puskesmas Jambu Laklak, Nelly Afni, melaporkan bahwa jumlah korban banjir yang mendatangi posko kesehatan untuk berobat setiap harinya mencapai angka 60 hingga 70 orang. Angka ini menunjukkan betapa rentannya kondisi kesehatan para pengungsi dan masyarakat yang terdampak bencana.
Mayoritas pasien yang berobat didominasi oleh penderita ISPA dan penyakit kulit. Gejala-gejala seperti batuk, pilek, sesak napas, ruam kulit, dan rasa gatal yang parah menjadi keluhan umum yang dilaporkan. Hal ini menegaskan kembali bahwa lingkungan pasca-banjir menjadi lahan subur bagi penyebaran penyakit yang berkaitan dengan kebersihan dan kualitas udara.
Lima Posko Kesehatan Beroperasi untuk Melayani Korban
Untuk memastikan penanganan kesehatan yang optimal bagi seluruh korban, pemerintah daerah bersama tim medis telah mendirikan lima posko kesehatan di beberapa desa yang paling parah terdampak. Posko-posko ini berlokasi strategis di desa-desa seperti Bener Bepapah, Leuser, Ketambe, Simpur Jaya, dan Lak-Lak. Keberadaan posko-posko ini sangat krusial untuk memudahkan akses pengobatan bagi masyarakat yang mungkin kesulitan mencapai fasilitas kesehatan yang lebih jauh.
Setiap posko dilengkapi dengan tenaga medis yang siap sedia. Selain itu, di lokasi bencana, Puskesmas juga telah menyiagakan dua unit mobil ambulans yang siap siaga untuk evakuasi medis darurat. Empat dokter jaga juga ditempatkan untuk memastikan penanganan medis berjalan lancar dan responsif terhadap kebutuhan pasien.
Ketersediaan Obat dan Rujukan Pasien
Dalam hal ketersediaan obat-obatan, dilaporkan bahwa stok yang ada saat ini masih mencukupi untuk menangani sebagian besar kasus yang muncul. Tim medis terus memantau ketersediaan obat dan melakukan pengadaan jika diperlukan.
Namun demikian, bagi pasien yang memiliki kondisi sakit bawaan atau yang kondisinya memerlukan penanganan lebih spesifik dan intensif, tim medis telah melakukan tindakan rujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah Sahuddin Kutacane. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa setiap pasien mendapatkan perawatan terbaik sesuai dengan tingkat keparahan penyakit mereka. Upaya penanganan komprehensif ini menjadi bukti komitmen semua pihak dalam membantu pemulihan para korban banjir bandang di Aceh Tenggara.

















