Tokoh masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Mentawak, Kecamatan Nalo Tantan, Kabupaten Merangin, Jambi, Temenggung Sikar, membenarkan bahwa dua orang yang ditangkap oleh pihak kepolisian terkait kasus perdagangan anak berasal dari kelompoknya.
Kedua pelaku, yang diidentifikasi dengan inisial L dan R, ditangkap setelah pengembangan kasus penculikan anak bernama Bilqis yang terjadi di Makassar. Keduanya merupakan bagian dari kelompok yang dipimpin oleh Temenggung Sikar dan tinggal di Desa Mentawak.
“Benar, kedua orang itu adalah warga dari kelompok kami,” ujar Temenggung Sikar melalui sambungan telepon.
Temenggung Sikar mengaku tidak mengetahui secara pasti peran L dan R dalam menjebak menantunya, Begendang, untuk merawat Bilqis, korban penculikan tersebut. Menurutnya, Begendang merasa iba dengan nasib Bilqis saat bertemu dengan para pelaku. Karena khawatir akan keselamatan Bilqis, yang telah berkali-kali ditawarkan kepada orang lain, Begendang bersedia merawatnya.
“Kalau tidak dirawat, saya khawatir Bilqis tidak akan selamat,” ungkapnya.
Terkait dengan diamankannya tiga balita dari kelompok SAD oleh pihak kepolisian, Temenggung Sikar menjelaskan bahwa semua balita tersebut diamankan dari tangan para pelaku. Namun, ia menegaskan bahwa tidak semua balita tersebut adalah korban penculikan. Ada juga bayi yang lahir di luar pernikahan dan tidak diinginkan oleh orang tuanya.
“Bayi itu lahir karena hubungan gelap orang tuanya, tanpa ikatan pernikahan yang sah,” jelasnya.
Karena merasa kasihan dengan nasib bayi tersebut, seseorang dari kelompoknya kemudian mengadopsi atau merawatnya.
“Saat dibawa, bayi itu masih merah. Tali pusarnya belum lepas ketika dirawat. Setelah lima hari dirawat, baru tali pusarnya lepas,” tambahnya.
Temenggung Sikar berharap agar pengamanan tiga balita dari kelompoknya tidak menjadi viral dan memperkuat stigma negatif terhadap mereka, yang dalam hal ini berstatus sebagai korban.
“Kami tidak tahu apa-apa, karena kasihan makanya kami mau merawat. Jangan lagi kami diviral-viralkan,” pintanya.
Sementara itu, Asrul, pendamping SAD dari Dinas Sosial Merangin, mengatakan bahwa penangkapan L dan R terjadi bersamaan dengan diamankannya tiga balita dari kelompok Temenggung Sikar.
“Satu di antara tiga balita itu berasal dari Jakarta Barat. Sudah ada laporan kehilangan anak di Jakarta Barat,” terangnya.
Tim gabungan dari Polda Jambi, Polda Metro Jaya, dan Polres Jakarta Barat telah mengamankan tiga balita dari terduga warga SAD di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Ketiga balita tersebut berusia antara 1 hingga 5 tahun.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jambi, Kombes Jimmy Christian Samma, membenarkan informasi tersebut.
“Benar, ada tiga balita yang kami amankan,” ujarnya melalui pesan singkat.
Menurut Kombes Jimmy, L dan R diduga merupakan warga SAD yang juga menampung Bilqis, balita yang hilang di Makassar beberapa waktu lalu. Namun, ia belum bisa memberikan kronologi detail dari pengungkapan kasus ini serta identitas terduga pelaku penculikan anak.
“Benar (menangkap dua SAD), dan penculik anaknya berbeda dari kasus Bilqis, tetapi diterima oleh SAD yang saat itu bersama Bilqis,” jelas Kombes Jimmy.
Ia menambahkan bahwa Polda Jambi dan Polres Merangin hanya membantu Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Barat dalam melakukan penangkapan tersebut.
Berikut adalah poin-poin penting yang dapat disimpulkan dari kejadian ini:
Penangkapan Pelaku: Dua orang warga SAD, L dan R, ditangkap terkait kasus perdagangan anak. Penangkapan ini merupakan pengembangan dari kasus penculikan Bilqis di Makassar.
Peran SAD: Kelompok SAD di Desa Mentawak, yang dipimpin oleh Temenggung Sikar, diduga terlibat dalam penampungan anak-anak yang menjadi korban kejahatan.
Motif Kemanusiaan: Beberapa anggota SAD mengaku merawat anak-anak tersebut karena merasa kasihan dengan nasib mereka, terutama bayi yang lahir di luar pernikahan dan tidak diinginkan.
Kerja Sama Kepolisian: Pengungkapan kasus ini melibatkan kerja sama antara Polda Jambi, Polda Metro Jaya, dan Polres Jakarta Barat.
Asal Usul Anak: Satu dari tiga balita yang diamankan berasal dari Jakarta Barat dan telah dilaporkan hilang.
Kejadian ini menjadi perhatian serius bagi berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, Dinas Sosial, dan tokoh masyarakat setempat. Diharapkan, kasus ini dapat segera diselesaikan dan para korban dapat segera dipulihkan. Selain itu, perlu adanya upaya pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang kembali di kemudian hari, termasuk memberikan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat SAD.
