Bosih Awalludin: Perjuangan 20 Tahun Menuju Kursi DPRD Kabupaten Bekasi dari Kecamatan Setu
Perjalanan panjang Bosih Awalludin dalam melayani masyarakat akhirnya membuahkan hasil. Setelah berjuang sekian lama, ia berhasil terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bekasi periode 2024-2029. Keterpilihannya dari Partai Golongan Karya (Golkar) ini bukan sekadar kemenangan pribadi, melainkan sebuah tonggak sejarah penting bagi Kecamatan Setu yang telah dua dekade terakhir tidak memiliki perwakilan di tingkat legislatif kabupaten.
Bosih, yang memiliki latar belakang kuat di pemerintahan desa, maju dalam pemilihan legislatif untuk daerah pemilihan yang meliputi Kecamatan Setu, Bojongmangu, Cibarusah, Cikarang Pusat, dan Serang Baru. Keberhasilannya kali ini menandai kembalinya suara Kecamatan Setu di kancah politik DPRD Kabupaten Bekasi setelah jeda panjang selama 20 tahun.
Perjalanan Politik yang Penuh Tantangan
Kisah Bosih menuju kursi dewan tidaklah instan. Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, ia sempat mencoba peruntungan sebagai calon anggota legislatif. Namun, pada kontestasi tersebut, ia harus menelan pil pahit kekalahan, hanya mampu menduduki peringkat kedua dalam perolehan suara. Meski mengalami kegagalan, semangat Bosih untuk mengabdi dan berkontribusi di dunia politik tidak pernah padam. Ia memilih untuk terus berjuang dan mempersiapkan diri untuk tantangan berikutnya.
Lima tahun berselang, Bosih kembali memberanikan diri untuk bertarung di daerah pemilihan yang sama. Kali ini, usahanya membuahkan hasil manis. Dengan kerja keras dan dukungan masyarakat, ia berhasil meraih kursi di DPRD Kabupaten Bekasi pada Pemilu 2024.
Akar Kuat di Pemerintahan Desa
Jauh sebelum terjun ke arena politik legislatif, Bosih Awalludin telah menorehkan rekam jejak yang panjang dan solid dalam pelayanan publik di tingkat desa. Ia mengawali kariernya sebagai pegawai di Desa Lubangbuaya, Kecamatan Setu, selama kurang lebih 20 tahun. Pengalaman birokrasi di level paling bawah inilah yang memberikannya pemahaman mendalam tentang denyut nadi kehidupan masyarakat dan tantangan yang mereka hadapi sehari-hari.
“Latar belakang saya berbicara birokrasi level rendah tingkat desa, tahun 1996 saya sudah masuk ke desa sebagai perangkat desa bekerja 20 tahun,” ungkap Bosih dalam sebuah wawancara. Pengalaman ini memberikannya perspektif unik yang sangat berharga ketika ia memutuskan untuk naik ke panggung politik yang lebih luas.
Tidak hanya sebagai perangkat desa, Bosih juga pernah merasakan langsung dinamika kepemimpinan di tingkat akar rumput. Pada tahun 2006, ia maju sebagai calon kepala desa dan berhasil meraih kepercayaan masyarakat. Ia kemudian mengemban amanah sebagai Kepala Desa Lubangbuaya selama dua periode, memimpin desa tersebut dari tahun 2006 hingga 2018. Masa baktinya sebagai kepala desa memberikannya pengalaman langsung dalam mengelola pemerintahan, merencanakan pembangunan, dan menampung aspirasi warga.
Faktor Kunci Kemenangan dan Perubahan Dapil
Bosih Awalludin mengakui bahwa kemenangannya di Pemilu 2024 tidak lepas dari beberapa faktor strategis, termasuk perubahan dalam struktur daerah pemilihan (dapil) dan penambahan jumlah kursi DPRD Kabupaten Bekasi. Peningkatan jumlah kursi dari 50 menjadi 55, serta pembentukan dapil baru (dapil 7) yang turut memasukkan wilayah Cikarang Selatan, dianggapnya sebagai momentum penting.
“Ada tambahan satu dapil, dapil 7, karena dari 50 jadi 55 kursi dan Cikarang Selatan masuk ke dapil 7. Alhamdulillah atas izin Allah saya terpilih,” tuturnya dengan penuh rasa syukur. Perubahan ini memberikan peluang yang lebih besar bagi calon legislatif untuk mewakili konstituen mereka.
Arti Penting Perwakilan Bagi Kecamatan Setu
Keterpilihan Bosih Awalludin sebagai anggota DPRD Kabupaten Bekasi memiliki makna yang sangat dalam bagi warga Kecamatan Setu. Selama kurang lebih dua dekade, wilayah ini tidak memiliki suara yang terwakili secara langsung di parlemen kabupaten. Kondisi ini, menurut Bosih, berdampak signifikan terhadap laju pembangunan di daerah tersebut.
Ia menggambarkan betapa sulitnya menyampaikan aspirasi warga ketika ia masih bekerja di desa. “Ya saya rasakan itu ketika kerja di desa dan jadi kepala desa. Susah kita ada usulan aspirasi warga. Kalau ada wakilnya bisa ada saluran buat bisa disampaikan ke kepala daerah,” jelasnya. Ketiadaan perwakilan langsung seringkali membuat usulan pembangunan dan kebutuhan masyarakat terhambat dalam penyalurannya.
Namun, kini situasi mulai berangsur membaik. Dengan kembalinya perwakilan dari Setu di DPRD, Bosih melihat adanya perubahan positif yang mulai menyentuh berbagai sektor pembangunan. Ia mencontohkan perbaikan infrastruktur dasar seperti jalan lingkungan dan jalan kabupaten, serta upaya penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mulai mendapat perhatian.
“Sudah cukup lumayan ketika ada perwakilan dewannya. Mungkin ke depan akan lebih bagus lagi,” harap Bosih, optimis bahwa dengan adanya jembatan aspirasi yang lebih kuat, pembangunan di Kecamatan Setu akan semakin pesat dan merata.
Profil Singkat Bosih Awalludin
Bosih Awalludin lahir di Setu, Kabupaten Bekasi. Ia menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di SMA 1 Cibarusah dan melanjutkan studi sarjana di Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi. Riwayat pekerjaannya dimulai sebagai staf di Desa Lubangbuaya pada tahun 1996 hingga 2005. Setelah itu, ia mengabdikan diri sebagai Kepala Desa Lubangbuaya selama dua periode, dari 2006 hingga 2018, sebelum akhirnya beralih ke jalur politik legislatif pada tahun 2019 dan kini berhasil terpilih di Pemilu 2024. Pengalamannya yang kaya di pemerintahan desa dan kepemimpinan lokal menjadi modal berharga dalam menjalankan amanah sebagai wakil rakyat.

















