Strategi Penyamaran Inovatif: Kapolsek Ajak Istri Berpura-pura Jadi Pasangan Haji untuk Ringkus Perampok
Sebuah kisah keberanian dan kecerdikan dalam penegakan hukum baru-baru ini mencuri perhatian publik. Seorang perwira polisi terkemuka, yang belakangan diketahui bernama Kompol Edison, memimpin sebuah operasi penangkapan yang tidak biasa. Demi membongkar sindikat perampok yang telah meresahkan masyarakat, Kompol Edison mengambil langkah drastis dengan mengajak sang istri untuk turut serta dalam sebuah penyamaran yang unik: berpura-pura menjadi pasangan haji yang hendak membeli hewan ternak.
Aksi heroik ini berujung pada keberhasilan penangkapan komplotan perampok yang kerap menyasar kaum lansia di wilayah Bogor, Jawa Barat. Kompol Edison, yang menjabat sebagai Kapolsek Cilengungsi, mendapatkan pujian atas dedikasinya yang tinggi dalam melindungi masyarakat.
Latar Belakang Operasi Penyamaran
Kasus ini bermula ketika laporan mengenai maraknya aksi perampokan yang dilakukan oleh komplotan tersebut mulai membanjiri meja kepolisian. Keresahan masyarakat menjadi bukti nyata bahwa tindakan para pelaku telah melampaui batas dan menimbulkan rasa tidak aman. Menanggapi keluhan warga ini, Kompol Edison tidak tinggal diam. Ia segera memimpin langsung upaya penangkapan yang dijadwalkan pada hari Selasa, 16 Desember 2025.
Namun, tim investigasi menyadari bahwa target operasi mereka bukanlah pelaku amatir. Komplotan ini dikenal sebagai pemain lama yang sangat lihai dan selalu waspada terhadap pergerakan aparat. Menyadari potensi kesulitan dalam penangkapan konvensional, Kompol Edison pun memutar otak. Ia membutuhkan sebuah strategi yang dapat menipu para pelaku dan membuat mereka lengah.
Ide Brilian: Menyamar sebagai Haji
Setelah melalui pertimbangan matang, Kompol Edison mendapatkan ide yang terbilang nekat namun berpotensi sangat efektif. Ia memutuskan untuk melakukan penyamaran dengan berpura-pura menjadi seorang “Pak Haji” yang memiliki niat untuk membeli hewan ternak dalam jumlah besar.
“Terlintas di pikiran saya untuk menyamar sebagai pak haji. Saya mengenakan peci, baju koko, dan kain sarung agar identik dengan tokoh agama,” ujar Kompol Edison, menceritakan detail penyamarannya.
Kesungguhan Kompol Edison dalam menjalankan misi ini tidak berhenti pada penampilannya sendiri. Ia bahkan mengajak sang istri untuk turut serta dalam sandiwara tersebut. Keduanya kemudian berperan sebagai pasangan suami istri yang berasal dari Padalarang, Bandung, dan sedang dalam perjalanan mencari hewan ternak.
Strategi Ampuh yang Berhasil
Siapa sangka, strategi penyamaran yang terkesan sederhana ini justru terbukti sangat ampuh. Kehadiran seorang perempuan dalam tim penyamaran ternyata menjadi kunci utama. Para terduga pelaku, termasuk Emed alias Aki, yang dikenal sebagai spesialis pencuri hewan ternak di wilayah Cianjur, beserta keluarganya, tidak menaruh kecurigaan sedikit pun. Mereka melihat kedatangan Kompol Edison dan istrinya sebagai transaksi bisnis yang sah.
Berkat kelengahan para pelaku yang disebabkan oleh penyamaran ini, Aki berhasil diringkus tanpa perlawanan yang berarti. Penangkapan ini menjadi titik awal keberhasilan operasi yang lebih besar.
Hasil Operasi dan Ancaman Hukuman
Dari strategi penyamaran yang cerdik ini, pihak berwenang berhasil mengamankan dua orang pelaku utama. Namun, perburuan belum sepenuhnya usai. Setidaknya, empat orang anggota komplotan lainnya masih dalam pengejaran intensif oleh tim kepolisian.
Para pelaku yang berhasil ditangkap kini menghadapi konsekuensi hukum yang berat. Mereka terancam dijerat dengan Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pencurian dengan kekerasan. Pasal ini memiliki ancaman hukuman yang sangat berat, mencerminkan keseriusan aparat dalam memberantas kejahatan yang merugikan masyarakat, terutama kelompok rentan seperti lansia.
Kisah Kompol Edison dan istrinya ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi dan keberanian dalam menjalankan tugas dapat memberikan hasil yang luar biasa dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi seluruh lapisan masyarakat.

















