Industri otomotif Indonesia menghadapi tantangan berat di sepanjang tahun 2025. Data terbaru dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penurunan signifikan dalam penjualan wholesales, yang hanya mencapai sekitar 780.000 unit hingga akhir tahun. Angka ini jauh di bawah capaian tahun 2024 yang berhasil melampaui 850.000 unit. Penurunan ini mengindikasikan bahwa pasar otomotif belum sepenuhnya pulih, baik dari sisi permintaan maupun kepercayaan konsumen.
Anton Jimmy Suwandi, CEO Auto2000, mengungkapkan bahwa industri otomotif saat ini berada pada titik krusial yang membutuhkan intervensi kebijakan untuk memacu pertumbuhan kembali. “Target market tahun ini sudah turun, itu fakta. Faktanya market turun,” ujarnya saat ditemui di Tangerang, Sabtu (6/12/2025). Ia menambahkan, “Kita berharap tahun depan market bisa naik lagi, dan bentuk apapun dari support pemerintah atau stimulus dari pihak-pihak lain juga kita butuhkan.”
Peran Stimulus Pemerintah dan Lembaga Pembiayaan
Anton menekankan pentingnya stimulus dari pemerintah dan dukungan dari lembaga pembiayaan dalam menjaga daya beli konsumen. Pembelian mobil, baik baru maupun bekas, sangat sensitif terhadap suku bunga. Kenaikan suku bunga kredit secara signifikan membuat banyak calon pembeli menunda keputusan pembelian.
Menurutnya, peran lembaga pembiayaan sangat vital dalam meringankan beban awal konsumen. Program-program seperti:
- Bunga ringan
- Uang muka terjangkau
- Fleksibilitas tenor
dapat menjadi elemen penting untuk menggerakkan pasar otomotif dalam jangka pendek.
Harapan Industri terhadap Kebijakan Pemerintah
Para pelaku industri otomotif juga menantikan langkah nyata dari pemerintah, termasuk:
- Insentif pajak
- Relaksasi pembiayaan
- Kebijakan yang dapat mempercepat penyerapan produk lokal
Anton mencontohkan bahwa stimulus yang diberikan pada masa pandemi terbukti efektif dalam menjaga roda pasar tetap berputar. “Selain pemerintah, misalnya dari pihak kredit, kita butuhkan support juga. Semua stakeholder perlu mengonsider bahwa ini industri besar. Kita di diler saja punya 177 cabang, 7.000 karyawan. Itu kan perlu hidup juga,” tegasnya.
Pentingnya Evaluasi Kebijakan yang Berkelanjutan
Jap Ernando Demily, Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), sependapat bahwa insentif dapat menjadi dorongan penting bagi industri otomotif. Namun, ia menekankan bahwa keberlanjutan insentif harus didasarkan pada evaluasi yang komprehensif.
“Sebagai bagian dari industri otomotif nasional, kami mendukung seluruh kebijakan yang dicanangkan untuk mendorong pertumbuhan industri di tengah kondisi yang challenging saat ini. Insentif merupakan salah satu bentuk kebijakan yang secara historis berdampak positif bagi market,” ujar Jap.
Ia mengajak seluruh pelaku industri dan konsumen untuk bersama-sama mengamati dan memberikan masukan mengenai dampak insentif terhadap pasar otomotif. “Data inilah yang seharusnya menjadi dasar penentuan keputusan selanjutnya, apakah insentif ini berlanjut atau perlu ada kebijakan lain di masa mendatang,” tambahnya.
Pernyataan ini menggarisbawahi harapan industri terhadap kebijakan yang terukur dan berbasis bukti, bukan sekadar program sementara tanpa evaluasi mendalam. Industri menginginkan kebijakan yang berkelanjutan dan efektif dalam jangka panjang.
Kunci Pemulihan Industri Otomotif
Secara keseluruhan, industri otomotif sangat berharap terciptanya ruang pemulihan melalui dukungan yang signifikan dari pemerintah dan lembaga pembiayaan. Kedua elemen ini dianggap sebagai kunci utama untuk menstabilkan pasar dan menggerakkan kembali industri otomotif di tengah perlambatan ekonomi yang masih berlangsung. Dukungan ini diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat, mendorong investasi, dan menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan industri otomotif nasional.

















