Perburuan Pelaku Penembakan Maut di Brown University Berlanjut, FBI Terus Kumpulkan Petunjuk
Providence, Rhode Island – Empat hari telah berlalu sejak insiden penembakan tragis di kampus Brown University, namun pelaku masih buron. Pihak berwenang, termasuk Federal Bureau of Investigation (FBI), terus berupaya keras untuk mengungkap identitas dan menangkap pelaku yang bertanggung jawab atas kematian dua mahasiswa dan luka-lukanya sembilan lainnya.
Upaya Pencarian Intensif dan Ratusan Laporan Masuk
FBI kini tengah meninjau lebih dari 200 laporan informasi yang diterima dari masyarakat dalam upaya mereka untuk menemukan pelaku insiden yang mengguncang Kota Providence, Rhode Island, Amerika Serikat ini. Penembakan yang terjadi di Fakultas Teknik dan Fisika Brown University pada hari Sabtu, 13 Desember 2025, meninggalkan duka mendalam bagi komunitas kampus.
Dalam sebuah unggahan di media sosial, FBI mempublikasikan foto-foto tim Laboratorium dan Evidence Response Team (ERT) yang terlihat melakukan pencarian di area kampus yang tertutup salju. Tim ini bekerja tanpa lelah untuk mengumpulkan bukti-bukti yang mungkin dapat membantu mengidentifikasi pelaku.
Kronologi kejadian yang dirilis oleh Kepala Kepolisian Providence, Kolonel Oscar Perez, dalam konferensi pers pada Selasa sore, 16 Desember 2025, memberikan gambaran lebih jelas mengenai detik-detik mengerikan tersebut. Sebuah rekaman video terbaru menunjukkan seseorang yang diduga pelaku terlihat berjalan di kawasan perumahan kota.
Kolonel Perez menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pencarian ini. “Ada rekaman video yang lebih jelas, jadi kami meminta masyarakat untuk memperhatikan gerakan tubuh, postur tubuh, yang mungkin bisa membantu mengidentifikasi individu ini,” ujar Perez, seperti dikutip dari kantor berita AFP. Ia juga kembali mengimbau warga yang memiliki kamera CCTV di rumah atau kendaraan untuk segera menyerahkan rekaman tersebut kepada pihak kepolisian.
Upaya pencarian ini tidak hanya mengandalkan informasi dari masyarakat umum. Pihak berwenang sempat menahan seorang pria yang diduga terlibat, namun kemudian dibebaskan karena tidak cukup bukti yang mengarah padanya. Untuk mempercepat proses penangkapan, FBI telah menawarkan imbalan sebesar 50.000 dollar AS (sekitar Rp 833 juta) bagi siapa saja yang memberikan informasi akurat hingga pelaku berhasil ditangkap.
Deskripsi pelaku yang telah dirilis adalah seorang pria dengan tinggi sekitar 5 kaki 8 inci (sekitar 173 cm) dan perawakan yang kekar. Pihak Brown University juga turut aktif dalam membantu penyelidikan, dengan meminta mahasiswa yang mungkin berada di sekitar lokasi kejadian pada hari penembakan untuk menjadwalkan wawancara dengan polisi. “Bahkan detail kecil pun dapat membantu penyelidikan,” tegas pihak universitas, menunjukkan bahwa setiap informasi sekecil apapun sangat berharga.
Dua Nyawa Melayang: Mengenal Para Korban
Dua mahasiswa Brown University harus kehilangan nyawa dalam tragedi ini, yaitu Ella Cook dan Mukhammad Aziz Umurzokov.
Ella Cook
Ella Cook berasal dari Mountain Brook, Alabama, dan merupakan Wakil Presiden Asosiasi Partai Republik Brown. Ia dikenal sebagai sosok yang penuh semangat dan memiliki rasa haus akan ilmu pengetahuan. Minatnya tertuju pada studi Perancis dan studi tentang budaya serta bahasa Frankofon. Kepergiannya meninggalkan kekosongan di kalangan rekan-rekannya di universitas.Mukhammad Aziz Umurzokov
Mukhammad Aziz Umurzokov adalah seorang mahasiswa asal Uzbekistan yang memiliki cita-cita mulia untuk menjadi seorang ahli bedah saraf. Presiden Universitas Brown, Christina H. Paxson, menggambarkan Mukhammad sebagai sosok yang gigih, teliti, dan disiplin. Ambisinya untuk memberikan dampak positif di dunia melalui profesi dokter bedah saraf sangat kuat.
Latar Belakang Kekerasan Senjata Api di AS
Insiden di Brown University ini menambah daftar panjang kasus penembakan massal yang terus menghantui Amerika Serikat. Sepanjang tahun 2025, data dari Gun Violence Archive mencatat lebih dari 300 kasus penembakan massal terjadi. Definisi penembakan massal sendiri adalah insiden di mana empat korban atau lebih terluka atau tewas.
Di tengah meningkatnya angka kekerasan bersenjata, upaya legislasi untuk memperketat kepemilikan senjata api di AS masih menghadapi kebuntuan politik yang signifikan. Perdebatan mengenai hak kepemilikan senjata dan upaya pengendaliannya terus menjadi isu panas yang belum menemukan titik temu.
Bahkan Presiden AS Donald Trump sempat menyinggung insiden penembakan di Brown University saat menghadiri acara Natal di Gedung Putih pada Minggu, 14 Desember 2025. “Hal-hal seperti ini bisa terjadi,” ujarnya singkat, seraya menyampaikan doa agar para korban luka segera pulih. Pernyataan ini mencerminkan keprihatinan atas peristiwa tragis tersebut, namun juga menyoroti kompleksitas masalah kekerasan senjata api di Amerika Serikat.
Brown University sendiri memiliki sekitar 11.000 mahasiswa. Penembakan ini terjadi pada saat dua jadwal ujian tengah semester sedang berlangsung, menambah situasi yang sudah tegang dan penuh tekanan bagi para mahasiswa. Peristiwa ini kembali memicu diskusi mengenai keamanan di lingkungan kampus dan perlunya langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif untuk melindungi para pelajar.

















