Thailand Mengintensifkan Serangan ke Kamboja, Targetkan Fasilitas Kasino yang Diduga Jadi Pusat Drone
Militer Thailand telah mengonfirmasi serangan terhadap sejumlah fasilitas di Kamboja, termasuk sebuah kasino yang berlokasi di dekat perbatasan. Serangan ini merupakan respons terhadap tindakan ofensif yang dilakukan oleh Kamboja pada tanggal 7 Desember, yang mengakibatkan luka-luka pada tentara Thailand dan mengancam permukiman warga sipil.
Jet tempur F-16 milik Angkatan Udara Kerajaan Thailand dilaporkan telah menghancurkan kasino tersebut, yang terletak di seberang perbatasan Chong An Ma, Distrik Nam Yuen, Ubon Ratchathani. Menurut informasi intelijen, bangunan kasino tersebut telah beralih fungsi menjadi stasiun kontrol drone milik Kamboja yang meneror Thailand selama konflik perbatasan.
Setelah menghancurkan bangunan tersebut, Angkatan Udara Thailand mengalihkan fokus serangan mereka pada hari Selasa ke pangkalan roket yang dinilai mengancam permukiman warga Thailand.
Alasan di Balik Serangan Thailand
Juru Bicara Tentara Thailand, Mayor Jenderal Winthai Suvaree, menjelaskan alasan di balik serangan intensif yang dilancarkan ke Kamboja. Ia menegaskan bahwa serangan ini merupakan respons terhadap manuver ofensif Kamboja pada Minggu sore yang dinilai mencerminkan niat untuk melukai masyarakat Thailand.
Serangan Kamboja sebelumnya mengakibatkan sejumlah prajurit Thailand terluka. Akibatnya, Thailand merasa tidak memiliki pilihan lain selain melakukan pembelaan diri. Respons Thailand ditujukan untuk menghancurkan pangkalan roket Kamboja yang membahayakan personel militer maupun warga sipil.
Kamboja juga diketahui telah menggunakan artileri dan amunisi yang dijatuhkan dari udara terhadap pasukan Thailand di pangkalan Anuphong, yang menewaskan satu tentara Thailand dan melukai dua prajurit lainnya.
“Tujuan utamanya adalah menghancurkan sebanyak mungkin sistem tembakan pendukung Kamboja,” ujar juru bicara tentara tersebut.
Kamboja juga terpantau meningkatkan kesiapsiagaan pasukannya, dengan indikasi bahwa pasukan Kamboja telah mengidentifikasi koordinat serangan jarak jauh lebih dalam di wilayah Thailand, termasuk area dekat Bandara Buriram dan rumah sakit di Distrik Prasat, Surin, yang berjarak 30 kilometer dari perbatasan.
Karena inilah, Winthai menilai segala stasiun militer di Kamboja yang memiliki kemampuan ofensif berpotensi membahayakan keselamatan warga Thailand di perbatasan.
Target Militer dan Upaya Meminimalisir Kerusakan Sipil
Dalam konferensi pers, Winthai menekankan bahwa pihaknya tidak akan mengincar kalangan masyarakat sipil di Kamboja dalam rangkaian operasi militer kali ini.
“Penggunaan kekuatan udara Thailand ditujukan secara eksklusif pada target militer Kamboja, dengan upaya membatasi cakupan kerusakan dan mencegah serangan pendukung tembakan Kamboja yang telah menimbulkan korban jiwa di Thailand,” tegas Winthai.
Koordinasi Operasi Militer
Juru bicara Angkatan Udara Kerajaan Thailand, Marsekal Udara Chakkrit Thammawichai, juga menyampaikan bahwa pihaknya telah menggelar pertemuan untuk melakukan koordinasi operasi militer ini bersama Satuan Tugas Suranaree.
Chakkrit menekankan bahwa operasi militer ini adalah respons terhadap aksi militer Kamboja yang mengancam keamanan nasional Thailand, keselamatan warga di wilayah perbatasan, serta personel militer yang bertugas di lokasi.
Perdana Menteri Thailand Kehilangan Kesabaran
Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul juga menggelar konferensi pers setelah memimpin rapat koordinasi lembaga keamanan nasional di Gedung Pemerintah.
Usai rapat, ia menyampaikan pidato kepada publik Thailand bahwa sejak Minggu, bentrokan telah terjadi di sejumlah titik sepanjang garis perbatasan, termasuk aksi baku tembak di provinsi Ubon Ratchathani, Si Sa Ket, Surin, dan Buri Ram yang berbatasan dengan Sa Kaeo oleh militer Kamboja.
“Hari ini, Dewan Keamanan Nasional telah mengadakan rapat dan memutuskan bahwa pemerintah akan bertindak sesuai resolusi Dewan Keamanan Nasional—yakni, melaksanakan operasi militer dalam segala situasi yang diperlukan akibat kondisi ini,” ujarnya.
Anutin menyatakan operasi militer ini adalah hal yang ‘diperlukan’ oleh pemerintah Thailand.
“Thailand tidak pernah menjadi pihak yang memulai atau penyerang dalam bentuk apa pun, tetapi Thailand tidak akan mengizinkan adanya pelanggaran kedaulatan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Thailand tidak akan mentolerir pelanggaran kedaulatannya dan akan bertindak sesuai prinsip perdamaian, keamanan, serta kemanusiaan.
Menutup Pintu Negosiasi
Anutin kemudian menyatakan bahwa Thailand tidak akan lagi membuka pintu negosiasi dengan Kamboja.
Ia menyatakan tidak akan ada negosiasi lebih lanjut karena Thailand telah beberapa kali diserang terlebih dahulu, dan ini merupakan respons yang harus diambil.
“Sudah terlambat. Kami telah bersabar. Jika ingin pertempuran berhenti, sampaikan kepada pihak yang memulai (Kamboja),” sambung Anutin.
Anutin menilai Kamboja tidak memiliki komitmen untuk menyelesaikan isu antara Thailand dan Kamboja secara damai.
Karena hal inilah, Anutin mengaku kesepakatan penyelesaian sengketa perbatasan yang ditandatangani di Kuala Lumpur pada Oktober lalu sepertinya sudah tak berlaku lagi.
“Saya tidak lagi mengingat hal tersebut.” ungkap Anutin menjawab pertanyaan terkait Deklarasi Kuala Lumpur.
Situasi di perbatasan Thailand-Kamboja masih tegang, dan perkembangan lebih lanjut terus dipantau.

















